Dear all,

Welcome 2 my BloG....
It's a pLaCe 2 CoNvEy EvErYtHiNg, like article, opinion, feeling, story, idea...etc, pokoke Whatever we want la.. So, let'S do iT... Hope will make others pleased 2 visit, see and read this bLog. Don't forget 2 give Ur comment Yach...He..he..TQ

About Me

Foto saya
I'm a staff of UPT Bahasa UBB and also an English lecturer. Single and loving ma fam so much..still trying 2 be a better human being in life

Kamis, 04 September 2008

Dilemma KOE

Aku...

Hanya manusia biasa, yang tak luput dari kekurangan dan kesalahan

Aq juga punya hati yang bisa merasakan sakit dan sedih

Namun ku coba tuk berpikir positif...dan akhirnya kutemukan satu kenyataan bhw:

“Menerima – Melupakan – Maju terus” adalah kata kuncinya

Jika kita bisa menerima orang lain dengan gembira walau dia punya banyak kesalahan dan kelemahan, itulah sesungguhnya komunikasi.....

Perjalanan hidup yang berliku-liku...

Membuat ku tersadar, apa yang selama ini kucari?

Akankah aq takkan pernah berhenti tuk mencari dan menemukan jati diriku?

Biarlah kuserahkan semuanya hanya kepada Sang Pencipta....

Karena Dia lah yang Maha Mengetahui apa yang berlaku pada hamba-hambanya

Yang pasti cobaan takkan datang tanpa solusi, selalu ada hikmah dibalik itu semua......


Rabu, 03 September 2008

Gratis atau Bayar??

Pilih mana? pastinya anda akan memilih yang gratisan bukan? Jelas dan tidak bisa ditawar lagi. Telah banyak survey yang membuktikan itu. Memang enak jika mendapatkan sesuatu tanpa membayar atau imbalan apapun, daripada harus mengeluarkan sejumlah uang yang lumayan menguras kantong. Namun, tidak semua fakta itu berlaku pada sebagian orang. Ada kalanya mereka juga tidak memilih gratisan tersebut, apalagi kalau disuruh untuk membayar. Banyak alasan yang dikemukakan. Jadi bingung deh.....Dikasih gratis nolak, disuruh bayar gak mau....Jadi maunya apa?? He...
Hal seperti ini sering kali dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan ku rasakan sendiri, ketika ada satu kegiatan yang diadakan oleh unit kerja ku. Kami mengundang cukup banyak peserta untuk ikut berpartisipasi. Tapi pada kenyataannya hanya segelitir orang yang datang, padahal acaranya gratisan lho... Yah, memang tak bisa dipaksa dan dipungkiri juga bahwa masing-masing punya kesibukan. Itu hak azazi manusia yang tidak bisa diganggu gugat. Mungkin juga dikarenakan ada hal lain yang menghalangi mereka untuk datang. Semua kemungkinan bisa saja terjadi didunia ini. Terlepas dari hal tersebut, beginilah realita yang ada. Jadi mau gratis ataupun bayar tidak terlalu berpengaruh, tergantung dari keinginan dan kesadaran personalnya.

Kultur Malu Dalam Bahasa Inggris

Sering kali kita mendengar pepatah yang mengatakan "Malu bertanya, sesat dijalan". Ini merupakan suatu perumpamaan yang acap kali didengungkan. Rasa malu tidak bisa dipisahkan dari karakteristik manusia. Kadang membuat langkah kita untuk lebih maju terhenti sejenak tanpa disadari. Namun, ada kalanya juga rasa malu itu tidak akan pernah muncul jika si empunya punya rasa percaya diri yang tinggi, bahkan terkadang malah terkesan berlebihan. Itulah realita yang terjadi di kehidupan kita sehari-hari. Malu secara tak langsung telah menjadi suatu budaya di kalangan masyarakat, di semua tingkatan, disetiap sisi kehidupan. Fenomena "malu" ini juga merupakan hal yang sangat mendasar yang dialami oleh setiap orang jika ingin menggunakan bahasa Inggris apalagi menyangkut masalah speaking skill. Walaupun sebenarnya kita tahu apa yang lawan kita bicarakan tetapi mulut terasa kelu dan seperti terkunci untuk membalas atau sekedar mengucapkan sepatah dua patah kata dalam bahasa Inggris. Ada beberapa hal yang bisa menjadi penyebab perasaan tersebut muncul, antara lain: kurangnya penguasaan kita terhadap kosakata, kurangnya rasa percaya diri (PD) sehingga terkesan takut untuk melakukan kesalahan. Padahal berawal dari kesalahan itulah sebenarnya pembelajaran yang efektif dalam segala hal. Kita menjadi tahu dimana letak kekurangan yang kita miliki dalam berbahasa Inggris. Selain itu, perasaan takut diejek oleh orang lain menimbulkan trauma dalam diri. Hal ini dikarenakan lingkungan yang kurang mendukung untuk itu. Berdasarkan beberapa masalah diatas, memang akan terasa sulit jika dilakukan tanpa keinginan, niat dan usaha yang kuat dari dalam diri kita sendiri. Walaupun kita tahu bahwa bahasa Inggris adalah bahasa Internasional yang sangat penting untuk diketahui, dipelajari, dipahami dan dikuasai. Karena hal itu merupakan salah satu poin plus bagi kita dalam berkomunikasi dan berinteraksi, terutama yang berhubungan dengan dunia Internasional. Jangan takut berbuat salah karena kita bukan native speaker, berpikiran positif , terus belajar dan berusaha, mempraktekkan bahasa Inggris dalam keseharian terutama jika ingin berkomunikasi, memperbanyak kosakata, menghilangkan rasa malu jika orang lain mencemooh. Jadi bukannya malu karena takut berbahasa Inggris yang akan kita berdayakan tapi justru malu karena tidak bisa berbahasa Inggris yang harus kita tanamkan sejak dini.

Rabu, 27 Februari 2008

Orang Bangka MAju, Bisa gak ya???

Inspirasi memang terkadang bisa datang atau berasal dari mana saja, bisa dari kejadian sehari-hari, kebiasaan, kehidupan masyarakat sekitar, adanya pertemuan/seminar, dll. Seperti halnya artikel yang penulis buat sekarang ini, yang terilhami dari pelaksanaan ceramah ilmiah pada tanggal 27 Januari 2007 di ruang auditorium Kampus III, Bukit Intan, Universitas Bangka Belitung dengan tema “PERANAN PENDIDIKAN TINGGI DALAM MEMBANGUN PERADABAN” yang disampaikan oleh Prof.Djamaludin Ancok, Ph.D, salah seorang putra daerah Bangka tepatnya dari daerah Belinyu, Bangka Induk yang selama ini telah mengabdikan dirinya bagi dunia pendidikan. Memang artikel ini terkesan sudah basi, tetapi apa salahnya penulis mencoba untuk membuka pandangan kita tentang realita yang ada. Dan mungkin saja anda atau bahkan penulis adalah salah satunya. Sebagai orang yang cukup mengenal tanah kelahirannya, beliau dalam memberikan ceramah ilmiah tersebut bisa dikatakan telah membuat hampir seluruh peserta seperti terhipnotis dengan hanya mendengar penjelasannya tentang pola, kebiasaan dan tata cara kehidupan masyarakat Bangka khususnya. Beliau mengatakan bahwa masyarakat Bangka hingga sekarang masih tergolong rendah motivasinya untuk berpikiran maju. Apakah kita setuju atau tidak akan hal itu? Semuanya kembali lagi pada individu masing-masing. Bagi sebagian orang mungkin akan merasa seperti ditampar wajahnya bahkan mungkin seperti disambar petir saat mendengar langsung ceramah tersebut ataupun dengan hanya membaca artikel ini. Tapi apa hendak dikata memang begitulah kenyataannya. Beliau tidak akan berkomentar sedemikian rupa jika tidak paham betul dengan kondisi yang terjadi padahal kita tahu selama ini beliau tidaklah tinggal menetap di Pulau Bangka. Namun beliau tetap konsisten memantau perkembangan pulau Bangka tercinta ini. Tapi memang mungkin seperti itulah keadaannya. Walaupun tidak semua orang Bangka berpikiran dan berpola hidup sedemikian rupa. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama ini, terutama di lingkungan sekitar, dan mungkin termasuk diri penulis sendiri, merasakan bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara orang Bangka asli, atau orang Bangka campuran namun dari kecil sampai sekarang masih menetap di Pulau Bangka dengan orang luar atau orang Bangka yang berurbanisasi ke kota. Misalnya saja dari cara berpikir (mind set), dan pola hidup. Orang Bangka “asli” cenderung memilih untuk bersikap santai dan apa adanya, terkadang malah terkesan seperti kurangnya motivasi dari dalam diri mereka sendiri. Mereka merasa sudah cukup dengan apa yang mereka dapatkan sekarang, baik itu kehidupan sehari-hari mereka, pekerjaan, dll. Sehingga seolah-olah tidak ada gairah untuk meningkatkan diri ke arah yang lebih baik. Padahal mereka punya cukup kemampuan untuk itu, tapi seperti pisau yang tidak pernah diasah maka lama-kelamaan akan menjadi tumpul dan akhirnya berkarat tidak bisa digunakan lagi. Memang banyak sekali kendala yang dihadapi untuk mengatasi fenomena ini. Pada kenyataannya mereka punya keinginan dan hasrat agar bisa maju namun tanpa alasan yang jelas yang terkadang mereka sendiri tidak tau jawabannya, menjadikan semuanya menjadi stuck, berhenti ditengah jalan. Diawal mereka menggebu-gebu tapi tiba-tiba sikon bisa berubah. Sedangkan orang “luar” atau orang Bangka tapi sudah berurbanisasi atau paling tidak sudah sempat menetap lama diluar akan memperlihatkan hal yang berbeda. Mereka mengalami perubahan mind set dalam perjalanan kehidupannya, baik itu dari keseharian maupun pekerjaan. Mereka cenderung aktif, kreatif, dan berpandangan jauh kedepan. Seperti sebuah penyangkalan statement yang berbunyi “No Action, Talk Only”. Jadi inilah realita yang ada. Sehingga orang Bangka “asli” lambat laun akan tersisih dari mereka yang punya good mind set. Namun Alhamdulillah belakangan ini tidak begitu mencolok lagi perbedaan itu. Orang Bangka sudah mulai bisa merubah pandangan mereka walaupun dengan step by step. Mereka mencoba mengadopsi mind set nya orang “luar”. Dan hasilnya pun sudah bisa dilihat sekarang ini. Dan ternyata memang tidaklah merugikan dan menjadi penyesalan. Nilai positif pun direguk. Jadi kenapa ya tidak dari dulu? Itu pertanyaan yang tidak perlu dijawab. Karena seperti kata pepatah “Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali”. Oleh karena itulah, hendaknya kita sebagai masyarakat Bangka selalu berjuang tidak hanya untuk diri kita sendiri dan keluarga kita tapi juga pulau Bangka yang kita cintai. Karena tanpa kerja keras dan motivasi yang kuat, mustahil kita bisa mencapai apa yang kita inginkan. Mungkin ada yang bisa, tapi tetap saja belum optimal. So, let’s do it now. Don’t wait till tomorrow! Hidup orang Bangka!!!